Indocorners.com|Tanah Datar, — Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nagari (Musrenbang) biasanya identik dengan meja panjang dan kursi berjejer rapi. Tapi Nagari Gurun, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, punya cara lain yang bikin tamu melongo: duduk baselo alias bersila di lantai Balerong Adat. Rabu, 17 September 2025, aula balerong berubah menjadi ruang rapat bergaya adat Minangkabau—penuh makna dan tak kehilangan wibawa.
Suasana balerong sejak pagi terasa kental dengan aroma tradisi. Lantainya yang luas terisi para peserta Musrenbang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2026 dan Dokumen Usulan Rencana Kerja Pembangunan (DURKP) 2027. Para pemangku kepentingan, mulai dari perangkat nagari, tokoh adat, hingga pejabat kabupaten, duduk bersila sejajar. Tak ada “kursi VIP” yang biasanya jadi simbol status. Semua rata, semua sama.
Walinagari Gurun, Elmas Dafri, NL.P, menegaskan langkah ini bukan sekadar gimmick. “Ini ide bersama tokoh adat dan masyarakat Nagari Gurun. Filosofinya jelas: duduak samo randah, tagak samo tinggi. Pemimpin dan masyarakat berpikir tanpa jarak, semua setara,” tegasnya saat ditemui usai pembukaan.
Menurut Elmas, Musrenbang bukan sekedar program penyusunan program. Lebih jauh lagi, ini momentum memperkuat identitas budaya. “Kalau pembangunan cuma hitung anggaran, kita bisa jadi lupa akar. Dengan duduk baselo, kita ingat: nagari ini lahir dari adat, dan adat jadi landasan musyawarah,” sambil menatap deretan tokoh adat yang mengangguk mantap.
Camat Sungai Tarab, AH Miza Aziz, S.Sos, dalam Berbagainya memberi penghargaan setinggi langit. “Langkah ini patut ditiru nagari lain. Musrenbang bukan sekadar formalitas tahunan. Di Gurun, budaya dan perencanaan pembangunan disatukan. Ini cara cerdas menjaga warisan leluhur sambil memikirkan masa depan,” katanya, disambut tepuk tangan peserta.
Sorotan tak hanya datang dari pejabat kecamatan. Adib Fhadil, SS, anggota DPRD Kabupaten Tanah Datar, juga mengaku salut. “Musrenbang biasanya kaku. Di sini, saya merasa pulang kampung. Duduk baselo bikin kita lebih rileks, tapi pembahasannya tetap serius. Ini bukti adat bisa jalan bareng modernisasi,” ujarnya.
Salah seorang tokoh masyarakat, Datuk Rajo Mangkuto, menilai cara ini menghidupkan kembali filosofi lama yang nyaris pudar. “Balerong Adat memang dari dulu tempat mufakat. Sekarang pemerintah nagari membawa kembali roh itu. Rapat bukan hanya soal angka, tapi juga soal marwah,” katanya, matanya berbinar penuh kebanggaan.
Diskusi pun berlangsung hangat, membahas prioritas pembangunan untuk tahun 2026 dan 2027: mulai infrastruktur jalan nagari, penguatan sektor pertanian, hingga rencana pengembangan wisata berbasis adat. Semua usulan mengalir, tanpa hirarki, tanpa formalitas yang berlebihan.
Musrenbang unik ini menghadirkan perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Tanah Datar, unsur Forkopimca Kecamatan Sungai Tarab, BPRN, Kerapatan Adat Nagari (KAN), serta puluhan tokoh masyarakat. Wajah-wajah serius sesekali merekah dengan senyum ketika diskusi memanas—sebuah pemandangan yang jarang muncul di forum resmi.
Di akhir acara, para peserta sepakat: Musrenbang bukan hanya tentang penulisan rencana pembangunan, namun juga menegaskan siapa mereka. Nagari Gurun menunjukkan bahwa melangkah ke depan tak berarti meninggalkan akar. Duduk baselo hari itu jadi simbol: pembangunan masa depan harus berpijak pada budaya, bukan menyingkirkannya.