Oleh : VASKO RUSEIMY
WAKIL GUBERNUR SUMATERA BARAT
Indocorners.com|Sumbar,Memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) bukan hanya sekadar perayaan identitas budaya dan sejarah, namun juga ketangguhan dalam menghadapi tantangan ke depannya. Momen ini saat yang tepat menilai capaian pembangunan dan meredefinisi model pembangunan dengan menegaskan arah transformasi.
paradigma dari pertumbuhan yang berfokus pada kuantitas menuju pertumbuhan yang merata (inklusif) dan ramah lingkungan (green). Pertumbuhan ekonomi sebagai ukuran kuantitatif saja tidak cukup. Kita perlu memastikan bahwa pertumbuhan itu adil dan berkelanjutan, dengan menyebar ke seluruh nagari, tidak merusak alam, dan memberdayakan masyarakat. Untuk itu, melalui tulisan ini, saya mengajak kepada seluruh masyarakat Sumatera Barat baik yang di ranah ataupun di rantau melihat gambaran kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan Sumbar, guna menerima masukan dan mewujudkan kebersamaan membangun Sumatera Barat yang Sejahtera dan Maju, sesuai dengan tema Hari Ulang Tahun tahun ini.
Secara statistik, kita melihat kondisi pertumbuhan ekonomi Sumbar pada periode Tahun 2023 hingga Tahun 2025 secara y on y mengalami penurunan yaitu dari 5,14% di TW II Tahun 2023, 4,71% di TW II Tahun 2024 menjadi 3,94% di TW II Tahun 2025. Kondisi ini, apabila dilihat dari perbandingan antar provinsi di Indonesia, menempatkan Sumatera Barat berada di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional dan juga di posisi 31 dari 38 provinsi di Indonesia.
Apakah kondisi ini sangat mengkhawatirkan? dalam pandangan yang optimis, kondisi ini tidak harus dikhawatirkan, namun tetap menjadi perhatian kita bersama. Hal ini dikarenakan, sebagai penegasan kembali, bahwa esensi dari pembangunan ekonomi tersebut, tidak hanya berfokus pada peningkatan indikator ekonomi yaitu peningkatan output produksi yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi secara kuantitas, akan tetapi secara lebih luas, kita juga harus fokus pada pertumbuhan indikator sosial yang meliputi pembangunan manusia, kemiskinan dan pemerataan serta perbaikan kualitas lingkungan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya secara berkelanjutan, adil, dan manusiawi.
Dalam kesempatan ini, penulis juga mengajak melihat kondisi statistik indikator sosial dan lingkungan dalam Pembangunan Sumatera Barat, agar kita semua bisa memahami arah dan paradigma Pembangunan Sumatera Barat saat ini. Dari sisi kemiskinan, selama periode 2024-2025 secara y on y data menunjukkan angka kemiskinan mengalami penurunan yaitu dari 5,97% menjadi 5,35%, angka ini berada di bawah angka kemiskinan rata-rata nasional. Dalam daftar “10 provinsi dengan tingkat kemiskinan terendah 2025”, Sumatera Barat berada di urutan ke-7 dari provinsi dengan kemiskinan terendah (yakni, rendahnya kemiskinan) yang berarti peringkat Sumbar relatif baik dibanding banyak provinsi lain. Dari sisi ketimpangan, selama periode 2024-2025, Provinsi Sumatera Barat mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan angka 0,283 di tahun 2024 dan 0,282 di tahun 2025. Angka ini berada di bawah ratarata nasional dan dimaknai sebagai ketimpangan yang rendah (standar dibawah 0,3).
Dengan nilai ini, Sumatera Barat secara rutin masuk dalam 3 hingga 5 provinsi dengan Gini Ratio terendah di Indonesia. Hal ini mengartikan bahwa kesenjangan antara kelompok masyarakat terkaya dan termiskin di Sumatera Barat relatif kecil dibandingkan mayoritas provinsi lain.
Secara realita, kita juga bisa melihat, semiskin-miskinnya masyarakat di Sumatera Barat, masih bisa mencukupi kebutuhan pangannya.
Selanjutnya dari sisi Pembangunan manusia yang ditunjukkan oleh Indeks Pembangunan Manusia, selama periode 2023-2024. Untuk tahun 2023, Sumbar berada di peringkat ke-7 tertinggi secara nasional dengan capaian IPM 75,64. Untuk tahun 2024 (dengan IPM 76,43),
Sumatera Barat dilaporkan menempati peringkat ke-6 nasional. Statistik ini menunjukkan perbaikan pada kualitas pendidikan dan kesehatan, serta menguatnya daya beli masyarakat.
Dan tidak lupa, kita mengamati pengelolaan lingkungan yang rentan terdampak oleh Pembangunan yang semata mengejar pertumbuhan ekonomi semata. Pengelolaan lingkungan ini ditinjau dari Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH). IKLH Sumbar dilaporkan dengan berkategori baik, nilai 74,76 untuk periode 2024, sedikit di atas rata-rata nasional IKLH ,sementara 73,07 pada 2024 yang dilaporkan KLHK. Kondisi ini menunjukkan kapabilitas pengelolaan lingkungan Sumbar yang relatif baik, walau tantangan lokal tetap ada (seperti pencemaran air pesisir, tutupan lahan, dan pengelolaan sampah pada beberapa daerah).
Mengapa Paradigma ini Harus Berubah?
Pola pertumbuhan ekonomi yang berfokus pada kuantitas cendrung berbasis pada eksploitasi sumber daya alam dan berpusat di kota besar sehingga menghasilkan ketimpangan atau disparitas antara perkotaan dan pedesaan dan juga antara kawasan pesisir dan dataran tinggi.
Kita tidak bisa menutup mata terhadap kondisi disparitas tersebut. Dalam jangka panjang,
disparitas ini, tidak hanya menciptakan ketidakadilan sosial, tapi juga mengancam daya dukung lingkungan. Dalam jangka pendek, akan menimbulkan multiplayer effect diantaranya, arus urbanisasi yang dapat meningkat setiap waktunya, dan dapat menimbulkan masalah lainnya seperti kriminalitas, inklusi sosial dan lainnya. Kita menyaksikan sendiri, bagaimana banjir bandang, longsor, dan perubahan iklim semakin sering menghantam wilayah kita. Di sisi lain, masyarakat adat dan petani kecil sering kali tidak mendapatkan manfaat yang proporsional dari pembangJika kita ingin Sumatera Barat tetap tangguh hingga tahun mendatang, maka paradigma pertumbuhan kita harus berubah. Pembangunan tidak lagi bisa hanya mengejar angka-angka makro ekonomi. Kita membutuhkan pertumbuhan yang berdampak langsung ke masyarakat, menyebar ke seluruh wilayah, serta menjaga keseimbangan dengan alam.
Lantas, Bagaimana perubahan paradigma ini diwujudkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dibawah kepemimpinan Mahyeldi-Vasko?
Visi Sumatera Barat 2025-2030 adalah Mewujudkan Sumatera Barat Madani, Unggul, dan
Berkeadilan. Kita menghadapi berbagai tantangan dalam pembangunan yang memerlukan penanganan serius dan terintegrasi, yang dilakukan dengan Gerak Cepat Untuk Sumbar yaitu tindakan proaktif dan responsif untuk mengatasi tantangan pembangunan dan kebutuhan
masyarakat dengan langkah-langkah strategis melalui sinergi dan kolaborasi semua pihak. Visi ini diperkuat dengan tema ulang tahun pada 2025 ini yaitu Bersama Membangun Sumatera Barat yang Sejahtera dan Maju.
Visi ini merupakan arah paradigma Pembangunan Sumatera Barat ke depannya yang diwujudkan melalui misi-misi dalam program unggulan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
Untuk menjaga baiknya indikator sosial dimaksud, selama periode ini, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, dari sisi Pembangunan manusia akan dilakukan Pemerataan Kualitas Sumber Daya Manusia, diantaranya melalui program peningkatan kompetensi guru, kemudahan akses Pendidikan melalui pemberian bagi siswa dan mahasiswa berprestasi serta kurang mampu,penanganan stunting, gizi buruk, penyakit menular. Dari sisi ketimpangan, untuk pengurangan angka gini ratio, dengan cara mewujudkan kemajuan nagari dan desa yaitu menjadikan nagari dan desa sebagai ujung tombak pembangunan daerah, dengan optimalisasi pemanfaatan ekonomi kreatif dan digital melalui program Nagari Creative Hub (NCH) yang nantinya program ini sebagai sarana dan prasarana pemasaran produk-produk lokal dan ekonomi
kreatif di Sumatera Barat. Selain itu mendorong partisipasi aktif masyarakat setempat dalam pengelolaan destinasi wisata untuk meningkatkan kesejahteraan melestarikan budaya lokal.
Dari sisi lingkungan mendorong penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti tenaga surya, air, dan panas bumi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, mengembangkan ekonomi sirkular dengan mengubah limbah menjadi sumber daya bernilai ekonomi melalui daur ulang dan inovasi pengolahan sampah, memperkuat program perhutanan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan sekaligus kelestarian lingkungan.
Sebagai penegasan dalam artikel ini, pergeseran paradigma dimaksud, tidak mengartikan
fokus pembangunan mengabaikan pencapaian pertumbuhan kunatitas output produksi dalam indikator pertumbuhan ekonomi. Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemerintah Provinsi
Sumatera Barat bertekad menjadi pusat perdagangan wilayah barat Indonesia, dengan cara mendorong Pelabuhan Teluk Bayur dan Teluk Tapang sebagai gerbang perdagangan utama, mendorong peningkatan investasi ramah lingkungan dan berbasiskan kepada masyarakat,
Pembangunan sektor pariwisata diantaranya pengembangan destinasi wisata berbasis komunitas dengan standar CHSE (Clean, Health, Safety, and Environment).
Sebagai penguatan dalam mewujudkan ini semua, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat melakukan perbaikan terhadap tata kelola pemerintahan diantaranya Optimalisasi Digitalisasi Layanan Publik, Percepat digitalisasi layanan publik untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi.
Dipenghujung artikel ini, penulis menekankan kembali di usia 80 tahun ini menjadi refleksi
bagi semua stakeholder terkait. Kita tidak hanya ingin Sumbar menjadi provinsi maju di
Sumatera atau Indonesia bagian barat, tetapi menjadi provinsi yang maju berkeadilan dan
berkelanjutan. Peringatan ini harus kita maknai sebagai momentum untuk berani melangkah dari pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan kuantitas ke pertumbuhan yang merata, inklusif, dan ramah lingkungan agar semua nagari, semua warga, dan alam Sumbar kita turut makmur.
Dirgahayu Sumatera Barat ke‑80. Pembangunan Sumatera Barat untuk semua nagari, untuk semua rakyat, dan untuk seluruh alam di ranah kita tercinta.