Sejarah Pagaruyung, Penggalan-Penggalan Cerita

Daerah, Dunia Wisata1625 Dilihat

Oleh :Riadi ST Polowan, SE

INDOCORNERS.COM | Mengunjungi Museum Istano Basa Pagaruyung pastinya kita akan mengorek dan mencari informasi terkait dari sejarah kerajaan pagaruyung itu sendiri.

Penulis berusaha menggali dari berbagai sumber dan informasi yang di kumpulkan.

Setelah di cermati masih sedikit sekali informasi yang bisa di buktikan secara akademik dikarenakan miskinya refrensi dari sejarah tersebut

Banyak sumber yang muncul hanya berupa tambo dan manuskrif serta cerita dari turun temurun serta legenda-leganda yang di percayai masyarakat dan perlu di teliti lebih dalam.

Catatan-catatan yang dimunculkan banyak sekali berdasarkan tambo, dikarenakan Tambo di percayai sebagai kumpulan dari potongan sejarah Minangkabau.

Menurut penulis tambo adalah sejarah yang telah di bukukan dari rangkaian yang terjadi pada masa tersebut dan di percayai oleh masyarkat Minangkabau, walaupun tambo tersebut banyak sekali versinya tergantung siapa yang menuliskannya.

Tambo tersebut berbentuk tulisan aksara melayu dan penulis menilai tulisan arab gundul karena karena kemiripan dengan aksara arab dan tanpa harakat.

Sejarahwan berhasil mengumpulkan bukti – bukti walapun sangat sedikit dikarenakan hanya dari arca-arca yang tersebar dan disatukan menjadi rangkaian cerita yang penulis liha yanya berupa penggalan cerita.

Munculnya nama Pagaruyung sebagai sebuah kerajaan Melayu tidak dapat diketahui dengan pasti, dari Tambo yang diterima oleh masyarakat Minangkabau tidak ada yang memberikan penanggalan dari setiap peristiwa-peristiwa yang diceritakan, bahkan jika menganggap Adityawarman sebagai pendiri dari kerajaan ini, Tambo sendiri juga tidak jelas menyebutkannya. Namun dari beberapa prasasti yang ditinggalkan oleh Adityawarman, menunjukan bahwa Adityawarman memang pernah menjadi raja di negeri tersebut, tepatnya menjadi Tuhan Surawasa, sebagaimana penafsiran dari Prasasti Batusangkar.

Dari manuskrip yang dipahat kembali oleh Adityawarman pada bagian belakang Arca Amoghapasa[8] disebutkan pada tahun 1347 Adityawarman memproklamirkan diri menjadi raja di Malayapura, Adityawarman merupakan putra dari Adwayawarman seperti yang terpahat pada Prasasti Kuburajo, dan anak dari Dara Jingga putri dari kerajaan Dharmasraya seperti yang disebut dalam Pararaton. Ia sebelumnya bersama-sama Mahapatih Gajah Mada berperang menaklukkan Bali dan Palembang,[9] pada masa pemerintahannya kemungkinan Adityawarman memindahkan pusat pemerintahannya ke daerah pedalaman Minangkabau.

Dari prasasti Suruaso yang beraksara Melayu menyebutkan Adityawarman menyelesaikan pembangunan selokan untuk mengairi taman Nandana Sri Surawasa yang senantiasa kaya akan padi yang sebelumnya dibuat oleh pamannya yaitu Akarendrawarman yang menjadi raja sebelumnya, sehingga dapat dipastikan sesuai dengan adat Minangkabau, pewarisan dari mamak (paman) kepada kamanakan (kemenakan) telah terjadi pada masa tersebut.

Sementara pada sisi lain dari saluran irigasi tersebut terdapat juga sebuah prasasti yang beraksara Nagari atau Tamil, sehingga dapat menunjukan adanya sekelompok masyarakat dari selatan India dalam jumlah yang signifikan pada kawasan tersebut.

Adityawarman pada awalnya dikirim untuk menundukkan daerah-daerah penting di Sumatra, dan bertahta sebagai raja bawahan (uparaja) dari Majapahit.

Namun dari prasasti-prasasti yang ditinggalkan oleh raja ini belum ada satu pun yang menyebut sesuatu hal yang berkaitan dengan Bhumi Jawa. dan kemudian dari berita Tiongkok diketahui Adityawarman pernah mengirimkan utusan ke Tiongkok sebanyak 6 kali selama rentang waktu 1371 sampai 1377.

Setelah meninggalnya Adityawarman, kemungkinan Majapahit mengirimkan kembali ekspedisi untuk menaklukan kerajaan ini pada tahun 1409.

Legenda-legenda Minangkabau mencatat pertempuran dahsyat dengan tentara Majapahit di daerah Padang Sibusuk. Konon daerah tersebut dinamakan demikian karena banyaknya mayat yang bergelimpangan di sana. Menurut legenda tersebut tentara Jawa berhasil dikalahkan.

Sebelum kerajaan ini berdiri, sebenarnya masyarakat di wilayah Minangkabau sudah memiliki sistem politik semacam konfederasi, yang merupakan lembaga musyawarah dari berbagai Nagari dan Luhak.

Dilihat dari kontinuitas sejarah, kerajaan Pagaruyung merupakan semacam perubahan sistem administrasi semata bagi masyarakat setempat (Suku Minang).

Sumber : Himpunan Tambo Minangkabau dan Bukti Sejarah, tahun terbit 1978