Indocorners.com l Kita bersyukur punya kesukaan menulis. Dulu kalau ngritik harus nulis di koran, diseleksi oleh redaktur. Harus mengikuti standar bahasa dan jurnalistik mereka.
Pemikiran harus runtut. Ide harus jelas. Dan tidak boleh menyinggung penguasa. Karena kalau penguasa tidak senang, bukan hanya penulisnya yg akan susah, tapi media yg merupakan institusi tempat orang berkarir dan cari nafkah, juga bisa ditutup.
Ini berbeda dengan sekarang.semua orang bisa punya media sendiri,nulis, ngomel, marah, nyinyir, bisa diupload di akun atau media miliknya. _Tidak ada seleksi orang atau gate keeping dari orang lain dengan standar jurnalistik baku._ Sekarang orang, kelompok orang punya standar sendiri sendiri. Punya argumen sendiri-sendiri. _Gak peduli dengan aturan. Itulah era disrupsi, sekaligus era post truth. Pemerintahpun yg dulu powerul, sekarang dalam urusan komunikasi juga hanya bertindak seperti media.
Media yang sepi dan kesepian, pemerintah bikin konten bersaing dengan media dan konten milik ratusan juta netizen.Dalam persoalan komunikasi publik. The power of netizen over the power of state.
Untungnya ada tokoh tokoh yang kuat di pemerintah. Ada presiden yang punya akun dengan follower tak kalah dengan media konvensional. Punya menteri seperti Prof Mahfud dan lain lain. Mereka bisa jadi kekuatan komunikasi publik.
Keadaan memang sudah berubah. Teknologi merubah sejarah. Sekarang apapun bisa dikomunikasikan oleh siapapun. Semua orang punya kesempatan yang sama jadi wartawan. Semua orang adalah media.
Saringan itu ada di masing masing orang. Bukan di institusi media. Sayangnya banyak orang tidak punya mekanisme menyaring gagasan dan informasi. Etika diabaikan. Medsos jadi ajang kegaduhan, keributan dan caci maki. Ada yang cari cuan dari kekisruhan ini,ada yang cari perhatian dan sensasi,dan sebagainya.
Kita bersyukur bisa menyaksikan perubahan perubahan signifikan itu, bersyukur dulu sering nulis di koran, sekarang nulis di medsos.
Dulu pembaca yang kalau gak setuju atau ingin protes harus juga lewat mekanisme media massa.
Sekarang bisa langsung, bisa spontan, sekehendak hati,bahkan boleh caci maki
Redaksi
WAG Forum Kebangsaan