Indocorners.com l Agam_Hadapi Masalah Petani Keltan Pulai Raya Sakato Gadut Study Tiru di Keltan Sawah Bangsa.
Keltan Pulai Raya Sakato Gadut perkuat silaturahmi dan Study Tiru Ke Keltan Sawah Bangsa untuk menjawab berbagai persoalan yang dihadapi oleh petani yang dihadiri oleh sejumlah kelompok tani dan KWT yang didampingi langsung penyuluh Nagari Gadut (BPP Tilatang Kamang) yang berlangsung di sekretariat Keltan Sawah Bangsa Jorong Bansa Nagari Kamamg Mudik Kecamatan Kamang Magek kabupaten Agam pada Rabu (17/04/24).
Bukanlah Petani kalau tidak memiliki segudang persoalan sehingga ditengah krisis dan badai yang melanda yang terus menghimpit sejumlah petani di Indonesia tidak membuat para petani yang ada Nagari Gadut kecamatan Tilatang Kamang menyerah dan berusaha mencari jalan keluar.
Keltan Pulau Raya Sakato nagari Gadut dan sejumlah Keltan lainnya melakukan studi tiru di salah satu kelompok tani ternama di Kecamatan kamang magek kabupaten Agam sebagai bentuk usaha diikhtiar dalam menghadapi berbagai persoalan yang dihadapi .
Riza Yendra, S.Pt. sebagai tokoh, Ketua Keltan Sawah Bangsa yang sudah sangat dikenal kalangan onsan tani hadir sebagai pakar dan nara sumber dalam studi tiru menyampaikan bahwa kompos adalah apapun barang yang lapuk baik secara alami maupun menggunakan tekhnologi yang berasal dari limbah seperti kotoran hewan tumbuhan maupun limbah rumah tangga dan sejenisnya.
Yendri juga menunjukkan berbagai produk olahan pupuk organik cair dan padat demi memberikan inspirasi serta meyakinkan kepada audien yang hadir.
Riza Yendra yang sangat ramah yang biasa disapa Yen sangat komitmen dalam berikan penyuluhan maupun kegiatan usaha pertanian dan peternakan berharap petani sudah saatnya mandiri dan mulai berpikir memproduksi sendiri pupuk bahkan bisa menjual bukan sebaliknya terus membeli pupuk.
ia melanjutkan,Bila petani terus bergantung pada pupuk kimia apalagi membeli maka akan diatur dan dikendalikan orang lain sementara sumber dan bahan tersedia sangat menumpuk.
” Dipersilakan datang untuk berbagi ilmu dan pengalaman, dan khusus setiap hari Selasa diagendakan praktek langsung pembuatan pupuk kompos organik sementara alat dan bahan sudah disediakan gratis” ujarnya tanpa jumawa.
Syaiful Amri Datuk Maka, seorang tokoh sekaligus Ketua Keltan Pulai Raya Sakato tetap optimis ditengah persoalan yang dihadapi petani terutama masalah pupuk dan hama yang mendera serta hal lainnya.
“Dengan studi tiru di Keltan Sawah Bangsa sebagai bentuk tanggung jawab moral dan sosial terhadap keresahan petani, berkurangnya subsidi pupuk belum lagi kualitas dan harga HET tidak sesuai” tutur SA Dt. Maka penuh sedih dan prihatin.
Menurutnya Datuk Maka,kegiatan studi tiru pembuatan pupuk organik bukan hanya menjawab persoalan petani sekaligus memberikan efek terjaganya lingkungan dan ekosistem seperti kesehatan manusia dan hewan.
” Trutama para ibu rumah tangga bisa memanfaatkan limbah rumah tangga untuk dijadikan pupuk organik seperti sisa buah sayur atau air cucian beras” tuturnya penuh optimis. .
SA. Datuk Maka juga berharap dengan kegiatan ini bisa menggerakkan semangat dan motivasi sehingga lahir keltan yang mandiri menuju sejahtera.
Rena, Penyuluh Nagari Gadut, kegiatan hari ini lebih tepatnya disebut studi tiru karena belum memulai secara masif di daerah binaannya sekaligus wadah membangun relasi yang lebih kuat dan luas.
Rena memberikan apresiasi yang tinggi terhadap semangat dan motivasi yang dimiliki oleh kelompok tani yang ada di Gadut mudah-mudahan bisa menjadi ilmu dan pengalaman serta inspirasi untuk dibawa pulang dan dikembangkan.
Salah satu aktifis petani berpendapat permasalahan pupuk mahal, langka, dan tidak berkualitas, serta jumlah stok yang dikurangi di Indonesia terjadi karena .
pengaruh peperangan Rusia dan Ukraina yang merupakan sumber terbesar fosfat (P) dan kalium (K), bahan pupuk.
pengurangan subsidi membuat harga pupuk subsidi menjadi sangat mahal dan harus dibeli secara paket dengan pupuk nonsubsidi.
MY juga menyatakan kendati Peraturan Menteri Pertanian Nomor 10 Tahun 2022 telah terbit tidak menjadi jaminan memberikan solusi yang tepat , karena ketersediaan pupuk bersubsidi tidak selalu sesuai dengan permintaan, dan harga yang mahal membuat petani besar yang memiliki kartu tani mendapatkan pupuk subsidi, bahkan sebagian petani pemilik kartu tidak bisa memanfaatkan apalagi petani gurem tidak.
Margaret Hanum ketua KWT Bungo Tibarau Gadut yang sudah sering ikut pelatihan turut merasakan manfaat langsung dari pelatihan ini , menurutnya sumber dan bahan sudah tersedia tinggal kemauan dari ibu sehingga tidak perlu beli pupuk lagi dan ramah lingkungan.
selain kegiatan diskusi inter aktif dan sambung rasa yang sangat luar biasa juga mengunjungi beberapa lahan pertanian yang sudah menggunakan pupuk organik seperti sawah dan kegiatan tersebut berakhir hingga pukul 12.15 WIB.
YAMAN