Filosofi Rangkiang Di Museum Istano Basa Pagaruyung 

Oleh : Riadi ST Polowan, SE

INDOCORNERS.COM | Pada kesempatan ini penulis mencoba untuk mengulas rangkiang yang ada di Museum Istano Basa Pagaruyung.

Istano Basa Pagaruyuang adalah sebuah mahakarya dari sebuah arsitektur Minangkabau.

Istano Basa Pagaruyung di bangun dengan mengadopsi bagunan rumah gadang Setiap sisinya diperhatikan dengan detail.

Setiap rumah gadang tentunya memiliki Rangkiang. Bangunan kecil ini pun dibuat bergonjong seperti arsitektur rumah gadang. Hanya saja desain dibuat sederhana, dengan 4 atau 6 buah tiang, berdinding anyaman bambu, tanpa pintu, dan diatap bergonjong dua.

Rangkiang fungsinya sebagai ruang penyimpanan padi hasil panen. Keberadaan rangkiang merupakan identitas dan keadaan perekonomian suatu kaum di Minangkabau, sehingga kaum tersebut mampu mengakomodasi kebutuhan makan hari ini dan hingga untuk masa yang akan datang (padi bibit).

Bangunan tanpa pintu ini berdiri kokoh di halaman rumah gadang. Sebagai ganti pintu dibuatkan singkok yang berada di bagian atas salah satu dindingnya. Sehingga untuk menyimpan atau mengambil padi, biasanya digunakan tangga bambu yang disimpan di kolong apabila sudah tidak digunakan lagi.

Rangkiang seringkali disebut juga dengan istilah Lumbung. Baik rangkiang maupun lumbung keduanya meiliki arti yang sama, yaitu tempat penyimpanan (Padi).

Istilah rangkiang sendiri menurut sejarawan dan juga sastrawan minang, A A Navis, diadaptasi dari akar kata Ruang Hyang Dewi Sri. yang berarti “ruang penyimpanan dewi sri-padi” .

Padi yang dipanen dibagi-bagi berdasarkan prioritas keperluan, kemudian disimpan di dalam rangkiang.

Setelah panen padi, masyarakat kemudian menyimpannya dalam rangkiang. Keempat rangkiang diisi sesuai dengan proporsi dan fungsinya masing-masing. Berdasarkan fungsinya, rangkiang terbagi menjadi 4 jenis, yaitu;

 

Rangkiang Sitinjau Lauik

“Rangkiang tagak sajaja

Di tangah sitinjua lauik

Panjapuik si dagang lalu

Paninjau pincalang masuak

Pertama Rangkiang sibayaubayau adalah jenis rangkiang yang berfungsi untuk menyimpan padi untuk kebutuhan sehari-hari. Termasuk didalamnya untuk pembiayaan kebutuhan yang sifatnya harian ataupun belanja barang-barang yang tidak bisa dibuat sendiri.

Bentuknya dibuat langsing dan memiliki 4 tiang. Biasanya diletakkan dibagian tengah.

Rangkiang Sibayau Bayau

Di kanan si bayau-bayau

Lumbuang makan patang pagi

Rangkiang si Bayau-bayau adalah rangkiang yang berfungsi untuk pemenuhan keperluan makan sehari-hari. Disainnya dibuat gemuk dengan 6 tiang. Biasanya terletak di bagian kanan rumah gadang.

Rangkiang Sitenggang Lapa

Di kiri sitenggang lapa

Tampek si miskin salang tenggang

Panolong urang kampuang

Di musim lapa gantuang tungku

Kedua “Rangking Sitenggang Lapa”. Dahulu, tekonologi pertanian masih sangat tradisional. Musim bercocok tanampun masih tergantung pada musim hujan. Sehingga ketika sempat terjadi gagal panen, maka terjadilah musim paceklik, dimana masyarakat susah mendapatkan makanan.

Ketika musim paceklik tiba, disanalah kemudian isi rangkiang ini dipergunakan. Rangkiang ini merupakan penolong disaat masa sulit, tidak hanya bagi pemilik rumah gadang tapi kerapkali dipinjam-pinjamkan apda masyarakat sekitaryang juga kekurangan makanan.

Rangkiang ini memiliki bentuk persegi dengan 4 tiang. Biasanya terletak di sebelah kiri.

Rangkiang Kaciak

Lumbuang kaciak salo-manyalo

Tampek manyimpan padi abuan”

Ketiga Rangkiang Kaciak berarti kecil. Rangkiang ini memang dibuat paling kecil dari yang lainnya. Disinilah padi abuan disimpan. Bila saat bertanam tiba, padi ini diambil untuk disemai. Bangunan kecil ini biasanya terletak diantara ketiga rangikiang lainnya yang lebih besar.

Demikian filosofi rangkiang bagi masyarakat minang. Segala sesuatunya harus dipersiapkan sesuai prioritas. Meskipun sekarang sudah tidak ada lagi yang yang menggunakan rangkiang, karena memang mendapatkan beras di pasar-pasar sudah sangat mudah. Serta menyimpan dalam bentuk uang tabungan tentunya lebih fungsional daripada padi. Namun setidaknya kebiasaan menabung dan berjaga-jaga bahkan kemungkinan terburuk sekalipun.

Kesimpulan

Dari filosofi Rangkiang yang terdapat pada Museum Istano Basa Pagaruyung sangat besar dan berguna bagi masyarakat Minangkabau khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Dikaitkan pada kondisi indonesia sekarang ini yang menghadapi masalah Pandemi Covid-19.

Dengan memaknai filosofi rangkiang dalam kehidupan sehari-hari setidaknya salah satu persoalan yang berkaitan pademi ini adalah kemampuan bertahan hidup masyarakat di karenakan dengan menyimpan beras/padi dalam jumlah besar dalam Rankiang

Sepertinya , dalam kondisi pandemi covid-19 seperti saat sekarang. Mungkin Fiilosofi Rangkiang yang diciptakan nenek moyang bangsa Minangkabau dahulunya seharusnya bisa menjawab tantangan masa sekarang ini, kesulitan masyarakat terkait kebutuhan pokok hidup masyarakat setidak dapat tertanggulangi. Betapa banyak keluarga yang perekonomiannya yang susah akibat pandemi, banyak perantau minang yang tutup usaha dan kembali ke kampung.

Terakhir dengan adanya Rangkiang si Tenggang Lapa tentunya banyak keluarga yang bisa terbantu,ataupun jika saja rangkiang kaciak masih ada, perantau yang balik kampung bisa mulai kembali menggarap tanah sawah & ladang walau sudah lama ditinggal mencari rezki ditanah rantau.

Disarikan kembali dari berbagai Sumber