Oleh : Riadi, SE ST. Polowan
Indocorners.com | Minangkabau sebagai bahagian peradapan di dunia, khususnya di Nusantara banyak meninggalkan Warisannya (warih bajawek sako basambuik), salah satu warisan dari nenek moyang bangsa Minangkabau adalah ukiran motif Minangkabau.
Ukiran Motif Minangkabau ini sampai saat sekarang ini masih dapat kita lihat pada Istano Basa Pagaruyung dan Rumah gadang (adat).
Motif tersebut terdiri dari banyak ragam dan corak dengan mengambil isi alam sebagai gambarnya,sepertinya sejalan dengan kato Urang tuo-tuo dahulu (pesan orang tuo zaman dahulu) yang masih di patuhi dan di amalkan oleh anak kemanakan di Minangkabau ” Alam Takambang Manjadi Guru”
Tumbuhan dan hewan menjadi penamaan dari jenis ukiran rumah gadang. Ukiran ini menjadi simbol kekayaan alam Minangkabau itu sendiri yang terdiri dari gunung, bukit, laut, sungai, lembah dan lainnya hanya gurun saja yang tidak ada di wilayah ini. Ada banyak jenis ukiran di rumah gadang diantaranya adalah:
Motif sirih gadang yang di gambarkan guratan garis lurus, lengkung, dan geometris merupakan bentuk dasar yang umum dijumpai. Pada motif sirih gadang, pola dasarnya berupa sulur atau garis melengkung.
Motif Sirih gadang merujuk pada daun sirih berdaun lebar. Sirih merupakan tanaman yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain. Tanaman ini dapat ditemui di wilayah Sumatra serta lekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Motif sirih gadang terdiri atas dua garis melengkung ke dalam yang saling berhadapan pada sumbu vertikal.
Motif ini merupakan bagian dekorasi pada bangunan tradisional Minangkabau, seperti rumah gadang, balai adat, dan surau. Motif ini dipahatkan pada kayu untuk mengisi bidang besar pada dinding luar bangunan, dikombinasikan dengan motif-motif seperti kaluak paku, pucuak rabuang, kuciang lalok, lapiah jarami, dan jalo-jalo.
Makna motif sirih gadang dikaitkan dengan filosofi sirih dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Sirih dianggap sebagai lambang karamahtamahan. Sejarawan William Marsden mancatat, orang Sumatra selalu membawa persediaan sirih dan kelengkapannya untuk dihidangkan pada tamu. Bagi tamu yang mengambil siriah dan mengunyahnya, maka hal itu dipandang sebagai penghargaan terhadap tuan rumah.
Sampai saat ini di Minangkabau, tradisi manyiriah (menghidangkan sirih) serta mengunyah sirih berlaku di berbagai acara adat pada masyarakat Minangkabau ,dan manjadi salah satu syarat acara adat tersebut.
Sirih dihidangkan dengan carano ( wadah kuningan khas Minangkabau ) saat menyambuik tamu (menerima tamu) , memulai acara atau membuka pembicaraan. Hidangan sirih ini lengkap bersama kapur, buah pinang, dan gambir.
Terakhir salah satu khasanah seni ukir Minangkabau motif sirih ini dapat kita temui di Museum Istano Basa Pagaruyung lengkap dengan literaturnya.
(pic)
Dari Berbagai Sumber